Selasa, 18 Januari 2011

Permasalahan Kapal Berbahan Fiberglass (FRP)

Kapal berbahan fiberglass memiliki peran penting di dalam menunjang transportasi laut  nasional khususnya di wilayah pantai. Kapal jenis ini juga memiliki beberapa keunggulan teknis dan ekonomis, sehingga kebutuhannya terus meningkat. Namun demikian, kekuatan konstruksi lambung kapal fiberglass sering menjadi penyebab terjadinya kecelakaan di laut. Hasil survei kami di beberapa galangan kapal fiberglass pada tahun 2009 menunjukkan bahwa, disain konstruksi dan proses laminasi lambung kapal fiberglass umumnya tidak mengacu pada persyaratan kelas, sehingga kekuatan konstruksinya sulit dijamin. Selain itu, galangan kapal tidak memiliki standar enjiniring mengenai penggunaan material/bahan, komposisi dan prosedur laminasi yang dapat memenuhi persyaratan kelas. Riset kami tahun 2010 secara khusus mengkaji aspek kekuatan konstruksi laminasi lambung kapal fiberglass melalui studi pustaka, survei galangan, dan pengujian sampel laminasi dari kapal yang sedang dibangun di tujuh galangan kapal berpengalaman di dalam negeri, sesuai rules BKI 2006. Hasilnya, 30% sample galangan memiliki nilai kuat tarik dan kuat tekuk yang tidak memenuhi syarat minimum, sesuai rules BKI. Untuk mengatasi hal ini, mungkin diperlukan sebuah standar laminasi lambung kapal fiberglass dengan berbagai variasi komposisi bahan dan prosedur laminasi, sesuai persyaratan BKI. Bagaimana pendapat Anda?

9 komentar:

Unknown mengatakan...

Trimakasih Pak Buana atas Penelitiannya. Sebagai end user transport laut diKalTim, Sy sebagai surveyor batu bara mengunakan jasa Sea Truck dengan jarak jarak tempuh 2jam /50 mil laut. Sea Truck sebagai alat angkut kebutuhan makanan TKBM& alat krj serta Penumpang. Sebagai orang teknik sangat meragukan kekuatan dari Fiber Glass yg sering dimuat overload. Untuk survey kapal di daerah Muara Jawa Anchorage, Muara Berau Anchorage dan Adang bay Anchorage. Dari segi navigasi, tdk dilengkapin radio, life jacket, lampu rambu. Diharapkan dari penelitian ini para Classification Indonesia & Perhubungan Laut memberikan peraturan dari segi kekuatan material, konstruksi, Sisitem Navigasi&Sistem Opersi Prosedur. Semoga dengan adanya peraturan dari Government bisa memberikan para pebisnis di galangan kapal dan perusahaan pelayaran akan sadar dalam keselamatan di laut.
Wassalam
PT. NIEDIA SURVEYOR
Achdian Nor, ST, MT.

Buana Ma'ruf mengatakan...

Memang, permasalahan pada kpl fiber tdk hanya pada proses produksinya, tapi juga dlm pengoperasiannya yg msh banyak yg blm mengacu pada persyaratan2 yg ada. Kepedulian pemerintah pada masalah ini msh kurang. Silahkan posting temuan2x di lapangan, sy kira pak Didi punya banyak informasi yang penting di share disini, mudah2an pada akhirnya nyampe ke pihak2 berwenang. Anyway, makasih komentarnya.

Buana Ma'ruf mengatakan...

Munculnya wacana pelarangan beroperasinya kapal-kapal penumpang berbahan fiberglass, sebagai respon atas terjadinya beberapa kecelakaan kapal berbahan fiberglass beberapa waktu lalu, akan berdampak luas jika wacana tersebut menjadi kenyataan. Alasannya, jumlah galangan dan kapal fiberglass yang beroperasi di dalam negeri saat ini sangat banyak dan melibatkan jumlah tenaga kerja yang sangat besar. Penggunaan bahan aluminium sebagai pengganti juga tidak mudah, karena membutuhkan teknologi dan kualifikasi SDM yang tinggi. Harga kapal alminium yang jauh lebih mahal juga berimplikasi pada biaya investasi dan biaya transportasi yang mahal. Menurut saya, hal ini merupakan masalah yang perlu dicari solusi teknologinya, bukan dengan menghentikan pengoperasiannya. Bagaimana pendapat Anda??

Zainal mengatakan...

Setuju Pak Buana, kekurangan kekurangan yang ada pada kapal fiberglass saat ini hendaknya bukan dijadikan hambatan untuk perkembangan kapal fiberglass, justru sebaliknya diharapkan dapat memacu penelitian/ penyempurnaan dari berbagai sisi agar kapal ini dapat memenuhi standard yang dipersyaratkan misalnya HSC Code. Hal yang sederhana namun sangat membantu jika terjadi kondisi darurat dan menurut saya dapat segera dimulai adalah dari sisi penempatan pintu pintu pada HSC Code disyaratkan bahwa "all watertight doors shall be capable of being operated when the craft is inclined up to 15 degree" Pada beberapa kapal fiberglass yang pernah saya tumpangi persyaratan mengenai hal ini nampaknya belum banyak diperhatikan. Selain itu disain penempatan pintu - pintu serta tempat duduk yang ada pada beberapa kapal fiberglass saat ini, juga sulit untuk memenuhi standard evacuation time pada keadaan darurat terutama pada kapal fiberglass yang memuat banyak penumpang. Jika Mengacu pada HSC Code, Evacuation Time = (SFP -7)/3 dalam satuan menit. Untuk Structural Fire Protection (SFP)disyaratkan terbuat dari material yang dapat memberikan perlindungan dalam period 60 menit dan tidak boleh kurang dari 30 menit. Dengan mengacu pada persyaratan diatas, jika kapal fiberglass mengangkut 100 penumpang, keseluruhan penumpang seharusnya akan dapat dievakuasi dalam waktu sekitar 17.6 menit. Pada kenyataannya masih sedikit yang melakukan test evakuasi pada kapal penumpang fiberglass yang selesai dibangun. Demikian kanda, sedikit diskusi yang mungkin tidak seluruhnya benar.
Wassalam,
Zainal Abidin
PT. Mclarens

Buana Ma'ruf mengatakan...

Adinda Zainal, terima kasih atas masukannya yg sgt berharga. Hasil survey saya di lbh dari bbrp galangan selama 2 th terakhir jg menunjukkan hal yg sama. Pemenuhan HCS Code msh patut dipertanyakan, khususnya syarat pintu2 yg hrs bisa buka/tutup jika kpl miring 15 derajat & syarat waktu evakuasi spt yg disebutkan. Menurut pengamatan sy, salah satu penyebabnya adlh faktor sosialisasi persyaratan2 yg hrs dipenuhi selama proses produksi dan pengoperasian kapal fiberglass kpd galangan dan pemiliki kapal msh kurang. Hal ini terlihat ketika sy bersama mitra riset dari BKI Pusat melakukan kunjungan ke bbrp gal th lalu, mrk belum ckp memahami ketentuan2 yg ada.
Anda sbg salah satu narasumber yg tepat mengenai hal ini, sy berharap Anda bisa aktif memberi masukan dan pencerahan di Blog ini. Mudah2an Blog ini bisa menjadi salah satu media komunikasi dan pencerahan bagi stakeholders industri kapal nasional. Salam

Unknown mengatakan...

Sinergi antara disain, penghematan material, dan permintaan pasar menjadi dasar pertimbangan bagi ship builder dalam pembuatan kapal, khususnya di Kaltim. (berdasarkan pengamatan secara kasat mata). Saya pikir, kajian terhadap pengembangan teknologi kapal di Kaltim sedapat mungkin mempertimbangkan alasan tersebut diatas.

Buana Ma'ruf mengatakan...

Makasih pak Ruslan, semua aspek terkait memang perlu dikaji. Riset kami tahun 2011 ini fokus pada kajian material dimana salah satunya bertujuan untuk penghematan bahan. Kajian disain juga telah dilakukan di BPPT sejak tahun 2007, salah satunya adalah uji model disain kapal penumpang dengan teknologi injeksi udara sebagai pelumas di bagian bawah kapal Kapal ini disebut Surface Effect Planning Hull (SEP-Hull) Bubble Vessel, yaitu kapal dengan injeksi udara di bagian bawahnya, sehingga mampu berlayar dengan kecepatan tinggi dan dengan konsumsi bahan bakar yang ekonomis. Prototipe kapal itu (ukuran 8 m) sdh dibangun dan sdh dilakukan bbrp kali uji coba di laut. Hasilnya, kapal tsb mampu menghemat bahan bakar sebesar 15%.

Unknown mengatakan...

Terima kasih atas postingnya.
Sedikit berbagi, kesimpulan dari artikel ini tentang material badan kapal yg dicurigai berdampak pada kecelakaan di laut. Berbicara kecelakaan kapal di laut khususnya performance kapal di severe condition (wave and bad weather), maka semua kapal riskan dengan water impact (pressure) apapun materialnya, hal ini dikenal dgn term ship slamming, water on deck dan whipping. Sehingga sedikit keliru membatasi pembangunan kapal berbahan fiberglass. Saya sepakat dengan kanda Isran, sebaiknya diformulasikan aturan ttg bangunan kapal berbahan fiberglass tersebut, sudah jelas formulasi tersebut berangkat atau berawal dari penelitian.
Penelitian tentang hydroelasticity sangat maju dan berkembang tahun-tahun terakhir ini. Hydroelastic effect sebaiknya dijadikan sebagai satu komponen pendesainan kapal di tahap conceptual design sebagai entry point analisa kekuatan struktur kapal.
Salah satu paper saya di ISOPE Conference 2011 (under review) bisa dijadikan sebagai referensi dgn judul "Numerical Study on Nonlinear Hydroelastic and Hydrodynamic Effects on Floating Bodies using Eulerian Scheme with Lagrangian Particles", yang sebelumnya menganalisa tentang ship seakeeping and ship resistance and propulsion tentang kapal tanker, kapal Ferry cepat, dan kapal ikan di paper An Eulerian Scheme with Lagrangian Particles for Evaluation of Seakeeping Performance of a Ship in Nonlinear Wave (IJOPE 2011 in print) dan Prediction of Propulsion and Seakeeping Performance of a Ship Using an Eulerian Scheme with Lagrangian Particles (JASNAOE under review).

Terima kasih banyak, senang bisa berbagi disini.

Suandar Baso
Ph.D Student at Fluid Dynamics and Enviromental Sytem Engineering, Engineering Faculty, Hiroshima University.

Buana Ma'ruf mengatakan...

Adinda Suandar, makasih masukannya. Topik kapal fiberglass ini sengaja diangkat untuk mendapatkan berbagai masukan dari kawan2 semua yg memiliki ilmu dan pengalaman khususnya mengenai rancang bangun dan mutu kpl fiberglass. Klu boleh, mhn share mengenai yard practices rancang bangun kpl fiberglass di galangan2 di Jepang.

Entri Populer